Wednesday, January 8, 2014

pesawat atwood


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Tujuan percobaan
Dengan dilakukannya percobaan pada praktikum ini diharapkan bahwa mahasiswa dapat :
1.      Mempelajari penggunaan Hukum-hukum Newton
2.      Mempelajari gerak beraturan dan berubah beraturan
3.      Menentukan momen inersia roda/katrol

1.2.      Dasar Teori
Pada mulanya orang berpendapat bahwa sifat alamiah benda adalah diam. Supaya benda itu bergerak maka harus terus menerima diberi gaya luar baik berupa tarikan ataupun dorongan. Namun setelah Galileo mengadakan percobaan, pendapat ini berubah dan terkenalah dengan prinsip Galileo atau lebih baku terkenal dengan sebutan Hukum Newton pertama.
Hukum Newton ini menunjukan sifat benda yaitu sifat inersia namun tidak terdefinisi secara kuantitatif. Berdasarkan eksperimen serta dorongan intuitif dari hukum newton pertama, Newton telah merumuskan Hukum II Newton yang terdefinisikan massa secara kuantitatif, serta memperlihatkan hubungan gaya dengan gerak benda secara kuantitatif pula. Salah satu kesimpulan Hukum II Newton ini adalah jika gayanya tetap, maka benda akan mengalami percepatan yang tetap pula. Dua massa yang digantungkan pada katrol dengan kabel, kadang-kadang disebut secara umum sebagai mesin Atwood. Bayangkan penerapannya pada kehidupan nyata dalam bentuk lift (m1) dan beban imbangnya (m2). Untuk memperkecil kerja yang dilakukan oleh motor untuk menaikkan dan menurunkan lift dengan aman, m1 dan m2 dibuat sama massanya. Pada dasarnya, pesawat Atwood ini tidak lepas sari prinsip. Prinsip hukum Newton.



1.2.1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan v tetap (percepatan a = 0), sehingga jarak yang ditempuh S hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap dalam waktu tertentu. Contoh gerak GLB adalah mobil yang bergerak pada jalan lurus dan berkecepatan tetap. Persamaan yang digunakan pada GLB adalah sebagai berikut :
s = v.t
Keterangan :
s =jarak atau perpindahan (m)
v = kelajuan atau kecepatan (m/s)
t = waktu yang dibutuhkan (s)

1.2.2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan v yang berubah setiap saat karena adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya karena ada percepatan (a = +) atau perlambatan (a = -). Contoh GLBB adalah gerak buah jatuh dari pohonnya, gerak benda dilempar ke atas.
Persamaan yang digunakan dalam GLBB sebagai berikut:
            1. Untuk menentukan kecepatan akhir
                       
            2. Untuk menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah sebagai berikut:
                       
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan di atas adalah saat GLBB dipercepat tanda yang digunakan adalah (+). Untuk GLBB diperlambat tanda yang digunakan adalah (-), catatan penting disini adalah nilai percepatan (a) yang dimasukkan pada GLBB diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan tanda negatif.
1.2.3.   Hukum Newton
Hukum Newton I
Setiap benda akan cenderung mempertahankan keadaan awal benda. Bila awalnya bergerak maka akan cenderung bergerak dan bila awalnya diam maka akan cenderung diam sampai ada gaya yang mempengaruhinya.
Hukum Newton I sering disebut dengan hukum Inersia, Hukum Newton I ini berlaku jika keadaan benda memenuhi syarat jumlah gaya yang bekerja pada benda adalah sama dengan nol
Hukum Newton II
Setiap benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatan yang besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa benda.
 
Keterangan :
a = percepatan benda (ms-2)
m = massa benda (kg)
F = Gaya (N)
Kesimpulan dari persamaan diatas
  1. Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut.
  2. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan
  3. Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya.
Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap
 
1.2.4.   Gerak Melingkar
Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linear. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman) I yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.
I ~ m
I ~ r
Dimana harga tersebut adalah harga yang tetap
Hukum Newton III
Apabila kita memberikan gaya (gaya aksi) kepada suatu benda maka benda itu akan memberikan gaya balik yang besarnya sama dan arahnya berlawanan (gaya reaksi)
Secara matematis dirumuskan :
Faksi= - Freaksi


1.2.5.   Momen Inersia
Momen inersia adalah ukuran resistansi/kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia ini tergantung pada distribusi massa benda relatif terhadap sumbu rotasi benda. Momen inersia adalah sifat benda (dan sumbu rotasi), seperti m yang merupakan sifat benda yang mengukur kelembamannya terhadap perubahan dalam gerak translasi.
 
I = momen inersia
m = massa
r = jari-jari
Dengan demikian selalu ada kesetaraan antara besaran-besaran fisis dalam gerak melingkar dengan besaran-besaran dalam gerak lurus, yaitu di antaranya yang ditabelkan di bawah ini:
Kesetaraan
Besaran-besaran fisis dalam gerak melingkar
Besaran-besaran fisis dalam gerak lurus
1. Momen gaya ()
1. Gaya (F)
2. Momen inersia (I)
2. Massa (m)
3. Percepatan sudut ()
3. Percepatan (a)
4. Kecepatan sudut (W)
4. Kecepatan (v)
5. Sudut ()
5. Lintasan (s)

Untuk gerak lurus gerak melingkar, setara dengan gerak lurus akan dituliskan sebagai:
F = m.a …………………….(1)

Maka untuk gerak melingkar, setara dengan gerak lurus akan dituliskan sebagai:
T = I. …………………….(2)
Demikian juga persamaan-persamaan yang lain akan mempunyai bentuk yang sama hanya dengan besaran-besaran fisis yang berbeda. Pada pesawat atwood dapat dipelajari dua macam gerak sekaligus yaitu gerak melingkar yang dilakukan oleh katrol, dan gerak lurus yang dilakukan oleh masing-masing beban pemberat. (lihat pada gambar)
 = T.R ……………………(3)      atau        = (T2 - T1) R ………………(3)
Momen gaya yang di dapatkan katrol berasal dari tegangan tali T1 dan T2
 = T.R……………………………..(4)
Untuk susunan seperti gambar T2  >  T1, sehingga dari keadaan diam katrol akan bergerak melingkar beraturan searah dengan jarum jam dengan percepatan sudut . Untuk massa-massa beban M dan m akan bergerak lurus beraturan dengan percepatan a. Hubungan antara a dan  adalah :
a = .R………………………..(5)
Jika I adalah momen inersia katrol, maka dari persamaan (1), (2), (3) dan (4) akan didapatkan :
                             dan                         
M dan m dapat diketahui harganya dengan menimbang, a dapat dihitung melalui percobaan. R dapat diukur. Dengan demikian jika g diketahui, maka momen inersia katrol dapat dihitung.






Gambar


 























BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat :
-        Tiang berskala
-        Katrol
-        Penjepit beban
-        Penyangkut beban
-        Jangka sorong
-        Stopwatch

2.2. Bahan :
-        Dua beban dengan tali
-        Beban tambahan (dua buah; 2 gram, dan 4 gram)













BAB III
METODE PERCOBAAN
1.      


 
3.1.       Gerak Lurus Beraturan
1. Ditimbang beban m1, m2, dan m3 (diusahakan m1 = m2).
2. Diletakkan beban m1 pada penjepit P.
3. Beban m2 dan m3 terletak pada kedudukan A.
4. Dicatat kedudukan penyangkut beban B dan meja C (secara tabel).
A
 
B
 
m2
 
m3
 
5. Bila penjepit P dilepas, m2 dan m3 akan dipercepat antara AB dan selanjutnya bergerak beraturan antara BC setelah tambahan beban tersangkut di B. dicatat waktu yang diperlukan untuk gerak antara BC.
6. Diulangi percobaan di atas dengan mengubah kedudukan meja C (ingat tinggi beban m2).
P
 
C
 
7. Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan beban m3 yang lain.


m1
 
 
Catatan :
Selama serangkaian pengamatan berlangsung jangan mengubah jarak anatar A dan B
3.2.       Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Diatur kembali seperti percobaan gerak lurus beraturan.
2. Dicatat kedudukan A dan B (secara tabel).
3. Bila beban m1 dilepas maka m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah beraturan antara A dan B, dicatat waktu yang diperlukan untuk gerak ini.
4. Diulangi percobaan di atas dengan mengubah-ubah kedudukan B. dicatat selalu jarak AB dan waktu yang diperlukan.
5. Diulangi percobaan di atas dengan mengubah beban m3.


koefisien kekentala


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
 KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR
Di susun oleh :
·         Luqman izzudin                                  (0661 13 079)
·         Raditya furqana                                  (0661 13 087)
·         Anis Annisa syabania                          (0661 13 083)

Tanggal Praktek : 24 Oktober 2013

Asisten :
·         DRA.Tri Rakhma. M.Si
·         Rissa R. S.Si
·         Raditya Rizkya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5vE_cKQypkcqGjSMVNX4OeYJfhUag97BEavxYxMcXkVl47uWtWtWIXJmI7ErZBT2N5JQqN_lEVeA6Bn12tzMPtHv1q6_y-TjeBjS070XNzJhvSMiQG8eRqqHpDdPsLE9I5S626X-W39w/s1600/LOGO+UNPAK.jpg 






  

LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              TUJUAN PERCOBAAN
Dengan dilakukannya percobaan pada praktikum ini diharapkan bahwa mahasiswa dapat :
1.      Menghitung gerak benda dalam fluida.
2.      Menghitung kekentalan zat cair.

1.2              DASAR TEORI
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Yang termasuk dalam kategori fluida adalah zat cair dan gas. Fluida mempunyai kerapatan yang harganya tertentu pada temperatur dan tekanan tertentu. Tekanan adalah gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu bidang per satuan luas bidang itu. Harga kerapatannya tergantung pada temperatur dan tekanan, apabila temperatur dan tekanan suatu fluida berubah maka kerapatannya akan berubah. Aliran fluida dapat termampatkan (compressible) atau tak termampatkan (incompressible).jika fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika di tekan, aliran fluida dikatakan tak termampat. Hampir semua zat cair yang beergerak (mengalir) dianggap sebagai aliran tak termampat. Bahkan, gas yang memiliki sifat sangat termampatkan, pada kondisi tertentu dapat mengalami perubahan massa jenis yang dapat diabaikan. Pada kondisi ini aliran gas dianggap sebagai aliran tak termampatkan. Sebagai contoh adalah pada penerbangan dengan kelajuan yang jauh lebihg kecil daripada kelajuan bunyi di udara (340 m/s) gerak relative udara terhadap sayap – sayap pesawat rerbang dapat dianggap sebagai aliran fluida yang tak termampatkan.
A. Jadi berdasarkan kerapatannya maka fluida dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Fluida tidak dapat mampat (incompresible)
2. Fluida dapat mampat (compresible)
B. berdasarkan mekanika fluida, fluida dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Fluida tidak bergerak / dalam keadaan diam (statika fluida)
2. Fluida bergerak / dalam keadaan bergerak (dinamika fluida)

HUBUNGAN FLUIDA DAN VISKOSITAS
Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara bagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah timbulnya gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat digambarkan sebagai gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut. Secara numeric harga viskositas zat cair jauh lebih besar,dan harga itu berkurang dengan cepat bila temperatur bertambah.
KONSEP VISKOSITAS
Viskositas adalah merupakan ukuran gesekan fluida internal yang cenderung berlawanan dengan setiap perubahan dinamika dalam gerak fluida. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Misalnya sirup dan air. Sirup biasanya lebih kental dari air. Atau air susu, minyak goreng, oli, darah, dan lain-lain. Tingkat kekentalan setiap zat cair tersebut berbeda-beda. Pada umumnya, zat cair lebih kental dari zat gas. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Rounded Rectangle: Ff  = k Ƞ vViskositas dalam aliran fluida kental sama saja dengan gesekan pada gerak benda padat. Untuk fluida ideal, viskositas Ƞ = 0, sehingga kita selalu menganggap bahwa benda yang bergerak dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan yang disebabkan oleh fluida. Akan tetapi, bila benda tersebut bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, gerak benda tersebut akan di hambat oleh gaya gesekan fluida pada benda tersebut. Besar gaya gesekan fluida telah dirumuskan oleh
                                               
Koefisien k bergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda yang memiliki bentuk geometris berupa bola dengan jari – jari r, maka dari perhitungan laboratorium ditunjukan bahwa
Rounded Rectangle: K = 6 πr                                     
 Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek menggesek ketika fluida tersebut mengalir.
Fs   = - 6 Ƞ r v
 
 
Keterangan :
·         Fs        = Gaya gesekan oleh zat cair (N)
·         Ƞ          = kekentalan zat cair atau viskositas (N.s/m2)
·         r           = jari –jari bola (m)
·         v          = kecepatan relatif bola terhadap zat cair (m/s)
           
Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antar molekul. Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dan lain-lain. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata adalah fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dan lain-lain.contohnya mengapa mencuci dengan air panas lebih mudah dan menghasilkan cucian yang lebih bersih ? karena tegangan permukaan air dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu air, makin kecil tegangan permukaan air, dam ini berarti makin baik kemampuan air untuk membasahi benda. Karena itu mencuci menggunakan air panas menyebabkan kotoran pada pakaian lebih mudah larut dan cucian lebih bersih. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida. (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan Fluida Dinamis).




BAB II
ALAT & BAHAN
            ALAT& BAHAN

·         tabung berisi zat cair
·         bola – bola kecil dari zat padat
·         micrometer skrup,jangka sorong, mistar
·         sendok saringan untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung
·         thermometer
·         stopwatch
·        timbangan torsi dengan batu timbanganya
·        minyak pelumas
·        Areometer
·        Hygrometer
·        Barometer














BAB III
METODE PERCOBAAN

METODE KERJA
1.      Mengukur  diameter tiap-tiap bola memakai mikrometer skrup. Lakukan beberapa kali pengukuran untuk tiapa bola.
2.      Timbang tiap-tiap bola dengan neraca torsi.
3.      Catat suhu zat cair sebelum dan sesudah percobaan.
4.      Mengukur rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan menggunakan areometer.
5.      Tempatkan karet gelang/ benang sehingga yang satu kira-kira 5 cm dibawah permukaan zat cair dan yang yang lain kira-kira 5 cm di atas dasar tabung.
6.      Mengukur  jarak jauh d  sepanjang 10 cm dan 20 cm( jarak kedua karet gelang ).
7.      Masukan sendok saringan sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat sampai zat cair diam.
8.      Hitunglah  waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola beberapa kali menggunakan stopwatch
9.      Ubah letak karet gelang/ benang sehingga didapatkan d yang lain.
10.  Ulangi langkah 6, 7 dan 8.











BAB IV
DATA PENGAMATAN & PERHITUNGAN

4.1 DATA PERHITUNGAN
Keadaan ruangan
P (cm)Hg
T (oC)
C (%)
Sebulum percobaan
75,5
25
70 %
Sesudah percobaan
75,5
26
69 %

No
Bola
M (gr)
D(cm)
r ( cm )
Vb (cm3)
pb (gr/cm3)

1
Kecil
0,2
0,727
0,363
0,200
1

2
Sedang
0,5
0,907
0,453
0,389
1,285

3
Besar
0,7
1,048
0,524
0,602
1,162


A.    Bola Kecil
No
s (cm)
t (s)
v (cm/s)
 Ƞ(N.s/m2)
1
10
 4,18
 2,392
1,439 
4,40
2,272
1,515
2
20
 8,28
 2,415
 1,425
8,16
 2,450
 1,405



1,446

B.     Bola Sedang
No
s (cm)
t (s)
v (cm/s)
Ƞ(N.s/m2)
1
10
3,28
3,048
5,938
3,22
3,105
5,829
3
20
6,26
3,194
5,666
6,23
3,210
5,638



5,767

C.    Bola Besar
No
s (cm)
t (s)
v (cm/s)
 Ƞ(N.s/m2)
1
10
2,30
4,347
3,879
2,35
4,255
3,962
3
20
2,53
4,415
3,819
2,44
4,504
3,743



3,850

4.2 PERHITUNGAN
Pfluida = 0,880
Tfluida = 28 oC
Volume Bola  :
a.      Kecil               :  = 0,200 cm3

b.      Sedang            :  = 0,389 cm3

c.         Besar              :  = 0,602 cm3
Massa Jenis Bola : 
a.      Kecil               :  =1 gr/cm3

b.      Sedang            : = 1,285 gr/cm3

c.       Besar              :  = 1,162 gr/cm3






Volume :
Bola Kecil
A.    10 cm 
a.        = 2,392 cm/s                                              b.   2,272 cm/s

B.     20 cm
a.        = 2,415 cm/s                                              b.  = 2,450 cm/s

Bola Sedang
A.   10 cm
a.      = 3,048 cm/s                                            b.  = 3,105 cm/s

B.     20 cm
a.      = 3,194 cm/s                                                           b.  = 3,210 cm/s

Bola Besar
A. 10 cm 
a.      = 4,347 cm/s                                                          b.  = 4,255 cm/s

B.     20 cm
a.      = 4,415 cm/s                                                          b.  = 4,504 cm/s






Mencari Ƞ dengan rumus :
                                               
Bola kecil
A.    10 cm
a.         =  1,439 N.s/m2

b.       =  1,515 N.s/m2

B.     20 cm
a.        = 1,425 N.s/m2

b.         = 1,405 N.s/m2
  =   = 1,446
Bola sedang
A.    10 cm
a.       N.s/m2      

b.      N.s/m2

B.     20 cm

a.   

b.    N.s/m2
  =   = 5,767
Bola besar
A.    10 cm
a.       N.s/m2

b.      N.s/m2

B.     20 cm
a.    N.s/m2

b.      N.s/m2
  =   = 3,850


















BAB V
PEMBAHASAN

Setiap benda yang bergerak dalam fluida mendapat gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gaya gesekan tersebut sebanding dengan kecepatan relatif benda terhadap fluida. Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak dalam fluida yang sifat-sifatnya, gaya gesekan yang dialami benda dapat dirumuskan sebagai berikut :
F = -6 π η r v
Keterangan :
F = gaya gesekan yang bekerja pada bola
η = koefisien kekentalan fluida
v = kecepatan bola relatif terhadap fluida
 
Rumus diatas dikenal sebagai hukum stokes.Tanda minus menunjukan arah gaya F yang berlawanan dengan kecepatan (v ). Pemakaian hukum stokes memerlukan beberapa syarat yaitu :
a.      Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup luas dibandingkan dengan ukuran benda)
b.       Tidak ada turbulensi didalam fluida
c.       Kecepatan v  tidak besar, sehingga aliran masih laminer
Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang.
Dalam praktikum kami disimpulkan sebuah bola dengan rapat massa dan dilepaskan dari permukaan zat cair tanpa kecepatan awal, maka bola tersebut mula-mula bergerak dipercepat, tetapi akan bertambah besar pula gaya gesekan. Dan akan terjadi kecepatan yang tetap, yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, gaya apung (archimides), dan gaya stokes.
Pada praktikum Fisika Dasar tentang Viskositas Zat Cair, diperoleh hasil sebagai berikut: waktu yang diperlukan bola besi untuk mencapai ketinggian 10 dan 20 cm, berbeda untuk setiap zat cair dan tergantung pada tingkat viskositasnya. Semakin tinggi viskositas, maka gerakan bola besi akan semakin lambat. Semakin rendah viskositas, maka gerakan bola besi akan semakin cepat.
Dibuktikan pada salah satu percobaan bola besi berukuran kecil dimasukkan dalam gelas ukur yang berisi minyak pelumas, waktu yang diperlukan bola besi untuk mencapai ketinggian 10cm adalah 4,18 detik dengan volume 2,392 cm/s serta viskositas 1,439 N.s/m2dan 4,40 detik dengan volume 2,272 cm/s serta viskositas 1,515 N.s/m2, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian  20 cm adalah 8,28 detik dengan volume 2,415 cm/s serta viskositasnya 1,425 N.s/m2 dan 8,16 detik dengan volume 2,450 cm/s serta viskositasnya 1,405 N.s/m2 . Begitupun dengan bola yang berukuran sedang dan besar.





















KESIMPULAN

Dari praktikum Fisika Dasar tentang Viskositas Zat Cair dapat disimpulkan bahwa kekentalan suatu fluida juga sangat berpengaruh terhadap laju bola,semakin besar koefisien kekentalan suatu fluida maka semakin besar pula gaya gesekan yang di sebabkan oleh kekentalan fluida.karena itu bola akan lebih lambat melaju dalam fluida yang memiliki koefisiensi kekentalan yang besar, Semakin tinggi jarak yang dicapai, semakin kecil waktu yang ditempuh dan semakin kecil viskositas dan sebaliknya serta semakin besar massa yang dimiliki oleh  benda itu maka semakin cepatlah kecepatan benda itu didalam suatu fluida, sehingga waktu yang di butuhkan tentu menjadi semakin sedikit





















DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum 2012, Fisika Dasar Farmasi, Bogor : Universitas Pakuan
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2006. Seribupena Fisika untuk SMA / MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.


























Tugas Akhir
1.    Bagaimana memilih letak karet-karet gelang yang melingkari tabung? Apakah akibatnya jika terlalu dekat dengan permukaan. Apakah akibatnya jika terlalu dengan dasar tabung?
2.    Buatlah grafik antara T dengan d (pakai least square)
3.    Hitunglah harga berdasarkan grafik untuk tiap-tiap bola
4.    Apakah pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair? Terangkan!

Jawaban:
1.   Memilih letak karet-karet gelang pada tabung engan cara menyesuaikan jarak antara gelang dengan permukaan sama dengan jarak gelang dengan dasar tabung, jika jarak terlalu dekat dengan permukaan dan dasar tabung akan menyebabkan waktu yang ditempuh benda semakin lama daripada jarak yang lebih jauh dari permukaan dan dasar, hal ini juga berdampak pada koefisien kekentalan za cair yang semakin besar.

2.   Grafik antara T dan d

 


3.   Harga berdasarkan grafik
Volume :
Bola Kecil
C.    10 cm 
b.       = 2,392 cm/s                                              b.   2,272 cm/s

D.    20 cm
b.       = 2,415 cm/s                                              b.  = 2,450 cm/s

Bola Sedang
C.   10 cm
b.      = 3,048 cm/s                                            b.  = 3,105 cm/s

D.    20 cm
b.      = 3,194 cm/s                                                           b.  = 3,210 cm/s

Bola Besar
A. 10 cm 
b.      = 4,347 cm/s                                                          b.  = 4,255 cm/s

C.    20 cm
b.      = 4,415 cm/s                                                          b.  = 4,504 cm/s

Mencari Ƞ dengan rumus :
                                               
Bola kecil
C.    10 cm
c.         =  1,439 N.s/m2

d.       =  1,515 N.s/m2

D.    20 cm
c.        = 1,425 N.s/m2

d.         = 1,405 N.s/m2
  =   = 1,446
Bola sedang
C.    10 cm
c.       N.s/m2      

d.      N.s/m2

D.    20 cm

c.   

d.   N.s/m2
  =   = 5,767
Bola besar
C.    10 cm
c.       N.s/m2

d.      N.s/m2

D.    20 cm
c.    N.s/m2

d.      N.s/m2
  =   = 3,850

4.    Suhu sangat berpengaruh terhadap kekentalan zat cair. Semakin tinggi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu di naikkan maka partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.










LAMPIRAN